Menjalankan Bisnis Dengan Aksi Nyata

Mariatul Qiftih terjun ke dunia bisnis sejak tahun 2016 lalu, setelah melihat bahwa dunia bisnis menyediakan peluang dan kesempatan yang besar untuk mendapatkan pekerjaan dan uang. Keyakinan tersebut bertambah kuat setelah beberapa tahun kemudian terjun secara langsung dalam berbagai kegiatan baik di dalam maupun di luar kampus, termasuk aktif dalam berbagai kegiatan komunitas.

Kurnia memiliki latar belakang pendidikan di bidang Kebidanan dan sempat bekerja di sebuah Rumah Sakit. Kesibukan tersebut tidak menghalanginya untuk terus mengikuti kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan wirausaha khususnya dalam bidang kuliner. Kurnia tertarik pada bidang kuliner, karena ia merasa kuliner sangat luas dan merupakan kebutuhan utama manusia. 

Menurut Kurnia, hal yang dilakukannya sejak awal dan perlu dibagikan kepada  para calon wirausaha lain adalah pentingnya Eksekusi. Eksekusi di sini maksudnya adalah ketika ingin terjun ke dunia bisnis atau wirausaha maka tidak cukup hanya sampai pada ide atau rencana bisnis saja. Hal yang utama adalah langsung melakukan aksi terkait rencana atau ide bisnis tersebut. 

Betapa pun sempurnanya sebuah ide atau rencana bisnis, tidak akan ada manfaatnya jika tidak ada aksi. Saat melakukan langkah-langkah awal memulai bisnis, akan banyak hal baru atau kenyataan yang tidak sesuai dengan rencana awal.  Hal ini terutama akan dialami bagi para pemula yang sama sekali belum memiliki pengalaman atau bekal memulai bisnis . 

“Sehubungan dengan pengalaman yang saya alami, maka alasan lainnya terjun ke bisnis kuliner ini karena banyaknya informasi yang tersedia sehingga kita bisa senantiasa melakukan uji coba resep-resep baru untuk mendapatkan cita rasa yang ideal dan disukai oleh konsumen,” jelas Kurnia. “Kunci dalam bisnis kuliner ini apapun bentuknya adalah Cita Rasa. Hal itulah yang membuat kita sebagai produsen perlu selalu melakukan uji coba resep-resep baru,” tambahnya.

Dalam usahanya, Kurnia mempekerjakan 2 orang sebagai tenaga tetap dan 4 orang tenaga pembantu yang sewaktu-waktu bisa dipanggil. Pekerja yang ia rekrut adalah orang-orang di sekitarnya yang membutuhkan pekerjaan. 

Kurnia merupakan peserta pelatihan kewirausahaan yang diselenggarakan oleh Nelson Consulting yang didukung oleh Riwani Globe. Pelatihan ini merupakan bagian dari proyek Employment and Livelihood yang didukung empat lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, termasuk ILO. Proyek ini didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN-MTPF) dan bertujuan untuk menyediakan kesempatan yang setara bagi anggota kelompok rentan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup mereka.

“Saya memperoleh banyak pelajaran baru terkait dengan bisnis, secara khusus terkait dengan perhitungan biaya, keuntungan dan kebutuhan modal,” ujar Kurnia saat ditanya soal pelatihan yang ia ikuti.  “Ternyata salah satu senjata yang perlu dimiliki oleh seorang pengusaha adalah memahami tentang biaya produk. Karena pemahaman tentang biaya ini bisa menjadi strategi dalam melakukan negosiasi dengan mitra-mitra usaha kita baik secara internal maupun eksternal,” tambahnya.

Pandemi COVID-19 jelas memberi dampak kepada usaha Kurnia, khususnya dengan adanya pembatasan-pembatasan yang diterapkan oleh pemerintah. Hal ini mengakibatkan adanya penurunan penjualan. 

“Pembelajaran yang saya dapatkan dari adanya pandemi ini yaitu di saat permintaan mengalami penurunan maka waktu produksi yang kosong tersebut digunakan untuk melakukan uji coba varian produk dengan cita rasa yang baru, sehingga saat permintaan mulai kembali meningkat kita sudah siap dengan produk yang baru,” ujar Kurnia.