Wirausahawan dengan disabilitas bangun usaha mengembangkan potensi hasil pertanian NTT

Pengetahuan baru mengenai pengelolaan keuangan dari pelatihan oleh Riwani Globe dan Lembaga Konsultasi Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (LKP UKMK) membantu Aprianus Adu menghitung biaya usaha dan menyusun rencana bisnis sederhana untuk memanfaatkan hasil tani di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Aprianus Adu, 55 tahun, adalah seorang wirausahawan sekaligus pendiri berbagai kelompok tani di Desa Teunbaun, Kecamatan Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, NTT. Sehari-hari, Apri – panggilan akrabnya – memproduksi berbagai produk seperti minyak kelapa murni (VCO), pakan fermentasi untuk ternak ayam dan babi, serta ternak ayam kampung.

Apri memulai usahanya dengan berjualan ayam kampung dan ikan di pasar setempat pada 1997. Delapan tahun kemudian, ia sempat membuka kios berjualan dengan modal pinjaman sebesar Rp5 juta dari sebuah koperasi. Namun, usaha ini bangkrut karena Apri tidak memiliki pengetahuan memadai mengenai pengelolaan keuangan.

“Saya kurang bisa mengelola keuangan secara baik, pencatatan tidak jelas sehingga usaha saya tidak dapat berjalan dengan baik,”

kata Apri

Keadaan keuangan Apri dan keluarga memburuk setelah kaki kirinya diamputasi akibat infeksi tulang berkepanjangan. Saat itu, Apri yang memiliki cacat fisik sejak lahir kehilangan pekerjaan sebagai staf di gereja.  Ia berusaha mendapatkan penghasilan dengan membuka usaha sewa CD dan fotokopi. Uang yang dikumpulkan dari usaha ini digunakannya untuk memulai usaha memproduksi VCO.

Apri memilih VCO sebagai produk andalan sebagai bagian dari upayanya untuk memanfaatkan potensi Amarasi Barat, yakni pohon kelapa. Selain itu, Apri menjelaskan bahwa kelapa juga memiliki manfaat kesehatan, salah satunya membantu mengurangi gejala sakit maag.

Untuk menambah keterampilan kewirausahaannya, Apri mendaftarkan diri untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan yang diadakan LKP UKMK dan ILO. “Saya mengikuti pelatihan ini setelah menerima undangan dari LKP UKMK dan merasa pelatihan ini akan membantu saya dalam mengelola usaha VCO,” ujar pria paruh baya yang sempat berkeinginan menjadi guru ini. 

Pelatihan kewirausahaan ini merupakan bagian dari proyek Employment and Livelihood yang diselenggarakan empat badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, termasuk ILO. Program ini mendapat dukungan pendanaan dari UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF) dan bertujuan untuk menyediakan kesempatan yang setara bagi anggota kelompok rentan untuk meningkatkan pendapatan dan kualitas hidup mereka.

“Kami berharap materi kewirausahaan yang tepat sasaran seperti pengetahuan pengelolaan keuangan dapat membantu pemilik usaha kecil mengetahui kondisi nyata bisnis mereka sehingga dapat menyusun rencana untuk mengembangkan bisnis,” ujar Budi Maryono, spesialis kewirausahaan ILO. 

Setelah mendaftar, Apri berhasil melewat seleksi untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan yang pertama (Training of Entrepreneur 1). Selepas pelatihan, ia berhasil membuat rencana usaha sederhana dan terpilih bersama 19 peserta lain untuk mengikuti pelatihan kewirausahaan lanjutan (Training of Entrepreneur 2) yang diadakan Riwani Globe dan ILO.

Menurut Apri, kedua pelatihan ini memberi banyak ilmu baru baginya. “Materi yang sangat membantu saya adalah materi mengenai perhitungan biaya per unit, karena membuat saya menyadari bahwa kita tidak dapat menentukan harga produk hanya dengan melihat harga yang ditetapkan pesaing, sementara mungkin saja bahan baku yang kita pakai berbeda,” kata Apri.

Ia menyadari bahwa ia belum dapat meraih keuntungan dari berjualan produk VCO dan memutuskan untuk menaikkan harga dari Rp25.000 menjadi Rp30.000 per botol berukuran 100 ml. Selain itu, Apri mulai menerapkan pengetahuan mengenai pembukuan sehingga ia dapat mengetahui jumlah keuntungan bersih yang ia dapatkan.

Saat ini, Apri mulai memasarkan produk VCO melalui media sosial dan lokapasar. Ia juga membuka warung sederhana di depan rumahnya. Menurut Apri, banyak pembeli dari luar NTT yang datang membeli VCO darinya. “Saya ingin terus mengembangkan usaha ini sehingga bisa menembus pasar di seluruh Indonesia,” kata Apri.