Pelatihan pengolahan kelapa untuk mewujudkan potensi ekonomi di Lombok, NTB

Garis pantai yang panjang di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) menghadirkan banyak potensi ekonomi. Selain pariwisata, pohon kelapa yang tumbuh subur di pulau ini bisa menjadi salah satu alternatif sumber mata pencaharian untuk memperbaiki kesejahteraan masyarakat.

Zuhrotun Nizam (21 tahun), tergerak mengikuti pelatihan mengolah dan memasarkan produk turunan kelapa yang diadakan Terasmitra karena ia merasa trenyuh melihat para ibu di Desa Korleko, Kecamatan Labuan Haji, Kabupaten Lombok Timur, NTB harus bekerja keras sebagai buruh batu bata untuk menghidupi keluarga mereka.

Mayoritas dari para ibu tersebut merupakan orang tua tunggal dan harus bekerja keras hingga mereka lanjut usia. Nizam, panggilan akrabnya, pun ingin berbuat sesuatu untuk membantu para ibu di desanya mencari sumber pencaharian lain.

“Saya sedih dan tersentuh dengan kondisi ini. Saya ingin membantu masyarakat di desa saya, terutama para ibu yang menjadi buruh batu bata. Saya sedang berusaha mendapatkan pekerjaan lain untuk mereka,” ujar mahasiswa jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan di Universitas Mataram ini.

Ia segera mendaftar saat mendengar informasi mengenai pelatihan untuk memanfaatkan pohon kelapa yang tumbuh subur di desanya. Selama ini buah kelapa dari Desa Korleko langsung dijual tanpa diolah ke para pedagang di Pulau Jawa. Untuk membantu warga di Lombok meraih manfaat maksimal dari pohon dan buah kelapa di daerah mereka, Perkumpulan Terasmitra menggelar pelatihan membuat minyak kelapa dara (virgin coconut oil, VCO).

Pelatihan ini merupakan bagian dari proyek Employment and Livelihood, sebuah inisiatif bersama empat badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia, termasuk ILO, dengan pendanaan dari UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF).

“Pelatihan ini adalah salah satu wujud dari komitmen dan keinginan kami untuk membantu masyarakat bangkit dari pandemi dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekitar mereka,” ujar Navitri Putri Guillaume, staf nasional ILO di Jakarta.

Selama pelatihan yang dilaksanakan di Koperasi Syariah Lingkar Rinjani, Gatep Ampenan, Mataram pada 1-4 Juli 2021 lalu, Nizam belajar mengenai cara membuat VCO, mulai dari memilih bahan, memproduksi, hingga mengemas VCO. Nizam pun mendapat pengetahuan baru untuk mengolah buah kelapa, melengkapi keterampilan yang telah ia miliki sebelumnya yakni membuat minyak kelapa, blondo (ampas pembuatan minyak kelapa), makanan bebek, dan batok kelapa.

Selepas pelatihan, Nizam langsung membagikan pengetahuan yang diperolehnya dengan mengadakan pelatihan sederhana di desanya. Para ibu pun mulai membuat VCO dan minyak kelapa.

“Respon masyarakat bagus, mereka senang. Terutama di masa pandemi saat pemasukan mereka menurun. Dengan memproduksi VCO dan minyak kelapa, mereka bisa mendapatkan tambahan pekerjaan dan pemasukan,” ujarnya.

Produk-produk yang dibuat para ibu Desa Korleko seperti minyak kelapa dan blondo pun mulai dijual. Produk seperti minyak kelapa dititip ke warung, namun ada pula yang didistribusikan ke sejumlah restoran bersama blondo. Produk lain seperti batok dibeli pengepul dan VCO dijual di koperasi di Mataram.

Nizam pun merasa gembira dapat mewujudkan harapan warga kepadanya sebagai seorang mahasiswa untuk memperbaiki kondisi ekonomi di desanya. Ia berharap para ibu di Desa Korleko dapat semakin terampil memproduksi VCO dan produk turunan kelapa lain sehingga dapat memaksimalkan potensi yang ada di daerahnya.