Pelatihan menjadi barista yang diadakan Sunyi Academy menghadirkan ide baru bagi Ali, seorang pemuda Tuli yang gigih mengembangkan bisnis untuk membantu sesama penyandang disabilitas di tengah pandemi.
Keuletan Muhammad Ali Syehquro untuk mempertahankan bisnis kulinernya berasal dari keinginan untuk memberdayakan sesama penyandang disabilitas di Indonesia. Pemuda Tuli berusia 28 tahun ini memegang teguh filosofi dari nama usahanya, Silent Tree Coffee and Kitchen, yakni sebatang pohon di tengah ladang yang tetap berdiri kokoh saat diterpa hujan dan badai.
“Saya terinspirasi beberapa usaha kuliner yang memberdayakan disabilitas. Saya jadi ingin membuka usaha dan turut membantu,” ujar Ali.
Ali membuka usaha kulinernya bersama dua rekannya yang juga Tuli pada Oktober 2020. Ia menyediakan beragam kue dan makanan ringan yang dapat diprapesan secara online. Ali membuat makanan-makanan tersebut di dapur rumahnya dengan bekal ilmu yang ia dapatkan saat bekerja di sebuah toko kue beberapa waktu lalu.
Ali mengatakan persaingan usaha yang semakin ketat sempat membuat penghasilannya menurun namun ia tidak menyerah. Ali pun melakukan berbagai cara untuk meningkatkan kualitas produk dan kemampuannya, misalnya dengan mengikuti sejumlah pelatihan hingga perlombaan.
Ali berhasil menduduki posisi ke-2 di suatu kompetisi perencanaan bisnis yang diselenggarakan oleh salah satu perusahaan besar di Indonesia. Ali mengaku tidak lekas puas dengan pencapaiannya. Ali memutuskan untuk mendaftar ke pelatihan menjadi barista yang diadakan oleh Sunyi Academy pada September 2021 untuk terus mengembangkan keterampilannya.
Pelatihan barista khusus bagi para penyandang disabilitas ini merupakan bagian dari proyek Employment and Livelihood, proyek bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Indonesia. Proyek tersebut didanai oleh UN COVID-19 Response and Recovery Multi-Partner Trust Fund (UN MPTF).
“Pelatihan yang melibatkan kelompok rentan ini sejalan dengan misi ILO dan PBB untuk menghadirkan kesempatan yang setara bagi para pencari kerja melalui proyek Employment and Livelihood. Kami berharap para peserta mendapat pengetahuan yang memadai agar dapat terus mengembangkan diri dan usaha mereka,” kata Navitri Putri Guillaume, staf nasional ILO di Jakarta.
Selama empat hari, Ali dan para peserta lain mengasah dan mengembangkan keahlian sebagai barista di salah satu cabang Sunyi Coffee di kawasan Kota Tua Jakarta. Para peserta diberi pengetahuan dasar mengenai cara mengenali biji kopi, beragam metode membuat dan menyajikan minuman berbahan kopi, serta etiket pelayanan pelanggan yang baik.
Bagi Ali, pelatihan ini memberi kesempatan bagi dirinya untuk terus menggapai tujuan bisnisnya meski di tengah kondisi yang penuh kesulitan seperti pandemi. Ia ingin membuktikan bahwa kondisinya sebagai seorang Tuli bukan hambatan untuk mewujudkan cita-citanya di bidang kuliner.
Di penghujung pelatihan, para peserta terjun langsung untuk bekerja magang dalam program On the Job Training (OJT) selama dua minggu di tiga cabang Sunyi Coffee di Jakarta, Bekasi, dan Tangerang. Selama OJT, Ali yang magang di Sunyi Coffee Alam Sutera, Tangerang ini belajar menerapkan pengetahuan barunya dan berhadapan langsung dengan pelanggan.
“Saya belajar banyak mengenai kedisiplinan seorang barista dan menjadi wajah terdepan dari sebuah kafe,” kata Ali.
Pengalaman selama pelatihan dan OJT memantik semangat baru untuk Ali untuk terus berkarya dan menghadirkan menu minuman kopi di usaha kuliner miliknya. Selain berharap mendapat peningkatan penghasilan, Ali ingin membuktikan bahwa seorang Tuli bisa menyajikan secangkir kopi yang dapat benar-benar dinikmati pelanggan dan bukan berdasarkan rasa iba atas disabilitas yang ia sandang. Kepada sesama penyandang Tuli, Ali berpesan untuk lebih berani menampakkan diri dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial.